Mengapa Pengrajin Furniture Jepara Memilih Jati dari Lahan yang Tandus?

jika anda mencari kayu jati yang baik, apakah pilihan anda? Jati yang ditanam ditanah subur atau jati yang hidup di tanah tandus. Untuk tumbuhan lain, apalagi buah, pasti memilih buah dari lahan yang subur. Tapi untuk kayu jati, sebaiknay buang jauh pola pemikiran tersebut. Mengapa demikian? mari kita bermain logika.
Jati dibutuhkan untuk furniture harus memiliki serat yang bagus, kekuatan yang sempurna, dan tentu saja penampang yang memungkinkan untuk dibuat furniture. Jika jati tersebut tumbuh ditempat yang subur, maka umur beberapa tahun saja sudah memungkinan untuk ditebang, karena perkembangannya lambat. Jati ini meski masih muda cukup dapat menghasilkan uang. Lain halnya jika jati tumbuh didaerah tandus dan kering.
Jati ini butuh waktu yang jauh lebih lama untuk bisa dimanfaatkan menjadi furniture. Hal ini karena nutrisi tanah yang kurang, akhirnya pertumbuhannya lambat. Dengan cara tumbuh yang demikian, maka usia yang cukup agar jati ini bisa dimanfaatkan adalah lebih dari 15 tahun, berbeda dengan jati ditanah subur yang kurang dari 10 tahun sudah layak tebang. Usia yang lebih lama ini membuat jati yang didapat dari tanah yang kering dan tandus memiliki serat yang lebih ulet daripada jati di tanah subur.
Hal ini juga mengapa masa potong tumbuhan mempunyai pengaruh terhadap daya tahan kayunya terhadap serangan rayap. Rayap memakan kayu atau bambu sebenarnya mencari nutrisi yang terkandung didalam kayu. Kayu yang ditebang pada masa suburnya, atau pada masa seminya, tentu saja menyimpan nutrisi yang melimpah untuk pertumbuhannya. Simpanan nutrisi ini yang kemudian menarik rayap untuk memakannya. Yang kita lihat adalah hasilnya yaitu kayu yang keropos (seperti) dimakan rayap.
Tingkat kekeringan dari kayu ketika diolah menjadi furniture juga menjadikan harga furniture tersebut berbeda satu sama lain. Hal ini karena jika kayu kurang kering ketika diolah menjadi furniture semisal pintu yang kerap terpapar matahari, maka ia akan lebih mudah mengerut atau orang jawa bilang "ngulet" atau melengkung. Tingkat kandungan air dari kayu tidak boleh lebih dari 12%. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui tingkat kekeringan kayu ini bahkan detail sampai berapa persennya. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat kekeringan kayu adalah Alat pengukur kadar air kayu MD-912. Bagaimana alat dan cara penggunaannya, silahkan googling saja ya... :)

Gambar diambil dari:
- http://libregraphics.asia/
- http://www.lensaindonesia.com/
- http://www.satwa.net/
First